Langsung ke konten utama

Perusahaan Publik dan Label Terbuka

Sadarkah anda bahwa hidup anda saat ini tak bisa begitu saja lepas dari produk dan jasa dari perusahaan-perusahaan terbuka . Mau tak mau, terima saja hal ini. Berpengaruh atau tidak bagi anda, yang pasti anda tetaplah konsumen bagi produk perusahaan-perusahaan yang punya LABEL *.tbk, yang ada saham di BEI. Apa yang dibahas ini? Bagi anda yang sudah familiar dengan dunia pasar modal atau saham, tentu anda paham dengan akhiran *.tbk. Misalnya saja Waskita Karya, tbk., Gudang Garam, tbk., dan sebagainya. Bila anda masih bingung karena masih baru baca di sini, tak perlu risau. Silakan baca penjelasan ala saya berikut ini. Jadi, perusahaan yang telah go public, atau sudah menjual sebagian saham ke publik, maka otomatis menyandang \'gelar\' tbk (terbuka). Maksudnya, semua orang bebas membeli saham perusahaan tersebut sesuai mekanisme yang resmi dari BEI. Mengenai alasan perusahaan-perusahaan mau menjual sahamnya, barangkali saya akan ulas di postingan saya nanti. Disini batasan

PER dan Dinamika pasar Saham

PER atau PE Ratio sering kali menjadi acuan berinvestasi di pasar saham. Konon katanya Nilai PER 15 menjadi batasan apakah suatu saham layak dibeli untuk investasi atau tidak. Lantas bagaimana sebenarnya kok tahu-tahu PER bisa sedemikian sakti sehingga jadi landasan investasi?

Mari kita simak penjabaran singkatnya!

PER atau price to earning ratio merupakan perhitungan yang memadukan antara price saham dengan earning perusahaan. Rumusnya seperti dibawah ini :

PER = Price / Earning 


Dimana Price adalah harga saham saat ini dan Earning adalah penghasilan yang diperoleh per lembar saham. Earning disini sering kali disebut dengan earning per share atau EPS.

EPS rumusnya sebagaimana berikut :

EPS = Earning total / Jumlah seluruh lembar saham

Earning total yang dimaksud adalah penghasilan perusahaan yang telah dibukukan dan baru saja dilaporkan dalam periode tertentu. Sedangkan jumlah lembar saham merupakan jumlah keseluruhan saham yang beredar di pasar, baik itu pengendali, maupun share holder yang lain yang tidak ikut mengendalikan perusahaan.

Jadi, antar PER dan EPS ini memiliki keterkaitan erat, dimana PER dapat dihitung setelah kita mengetahui berapa nilai EPS.

Kembali ke poin penting PER!

Jika emiten ABCD memiliki EPS 100, dan harga sahamnya 1000, maka nilai PER saham emiten ini adalah : 1000 / 100 = 10. Dengan kata lain, penghasilan atau earning itu musti bertahan konstan 100 agar mencapai titik impas atau BEP.

Jadi butuh waktu 10 tahun untuk balik modal. Tapi apakah bisnis perusahaan segampang itu? tentu saja sulit untuk bilang ya.

Malahan, apabila ada perusahaan yang untungnya menggunung, dalam waktu singkat tercapainya, investor butuh kehati-hatian. janga-jangan ada apa-apanya dengan bisnis perusahaan tersebut?!

Tapi apabila ada perusahaan yang untungnya dibawah 3%, maka investor mana pun akan enggan untuk berinvestasi disini.

Nah, oleh sebab itu, dari sekian banyak perusahaan publik, angka PER 15 dianggap lebih ok. Meskipun demikian, PER 15 bukan berarti saklek diterapkan begitu saja dalam berinvestasi.

Beda sektor, biasanya memiliki nilai PER yang berbeda-beda juga. Oleh sebab itu, PER dan dinamika pasar saham ini musti dikolaborasikan dengan perhitungan lain, seperti DER, Nilai buku, harga wajar, prospek bisnis, nilai masa depan saham, dan seterusnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saham Waskita Beton Precast (WSBP) Menarik Untuk Investasi

Target pendapatan Waskita Beton Precast tahun 2018 ini cukup besar, yaitu Rp 9,7 triliyun. Perusahaan yang listing dengan kode saham WSBP ini membidik pertumbuhan pendapatan 36% dibanding tahun 2017 lalu. Tentu ini baik bagi perusahaan maupun para investor. Perusahaan precast ini mengalami kenaikan harga saham yang cukup menarik di awal-awal tahun 2018 ini. Sedikit flashback pergerakan harga saham WSBP, pada tanggal 11 Oktober 2017, harganya turun ke dasar terendahnya, 336 per lembar saham. Tapi sejak saat itu, harganya terus naik. Bahkan pada tanggal 26 Januari 2018, harganya menyentuh 510, harga tertinggi hingga akhir maret 2018 ini. Kenaikan dari 336 ke 510 ini sudah menuai capital gain 174 per lembar saham, atau sekitar 50%! Luar biasa untuk ukuran return saham sekelas Waskita Beton Precast, bukan? 50% tak sampai 1 tahun, boooooo..........! Maka itu, silakan jawab pertanyaan ini : "Mau investasi saham ini tahun 2018?" Mari simak beberapa data rangkuman dari b

Memanfaatkan Rasio Likuiditas Untuk Investasi Saham

Laporan Keuangan Perusahaan dan rasio likuiditas Manfaat Rasio likuiditas adalah untuk menilai dan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang atau liabilitas atau kewajiban keuangannya. Meskipun dapat mempertimbangkan hutang jangka panjang, penekanannya lebih condong kepada hutang jangka pendek, atau yang jatuh tempo pembayarannya kurang dari satu tahun. Perusahaan yang berhasil tentu saja pengukurannya berdasarkan pencapaian target-target yang ditetapkan sebelumnya. Malah ada kalanya perusahaan yang solid dapat melampaui target-target yang ditetapkan sebelumnya. Sebaliknya, apabila tak bisa mencapai target yang ditetapkan, perusahaan itu dianggap memiliki kinerja yang buruk. Analisa pada laporan keuangan perusahaan, termasuk analisa Rasio likuiditas , dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Rasio ini memiliki beberapa fokus, terutama fokus kepada liabilitas atau kewajiban atau hutang. Analisa laporan keuangan perusahaan Laporan keuan